Sabtu, 26 Maret 2011

Tips Menjadi Wanita Paling Bahagia di Dunia

Ya... (Tips Menjadi Wanita Paling Bahagia di Dunia)


KotaSantri.com : Ya... Untuk senyummu yang cantik, yang mengirimkan cinta, dan mengutus kasih sayang bagi orang lain.

Ya... Untuk kata-katamu yang baik, yang membangun persahabatan dan menghapuskan rasa benci.

Ya... Untuk sedekahmu yang dikabulkan, yang membahagiakan orang-orang miskin, menyenangkan orang-orang kafir, dan mengenyangkan orang-orang lapar.

Ya... Untuk kesediaanmu duduk bersama Al-Qur'an seraya membaca, merenungi, dan mengamalkannya, sambil bertaubat dan beristighfar.

Ya... Untuk kesediaanmu berdzikir, beristighfar, tenggelam dalam doa, dan senantiasa memperbaiki taubatmu.

Ya... Untuk usahamu dalam mendidik anak-anakmu dengan agama, sunnah, dan nasihat yang bermanfaat bagi mereka.

Ya... Untuk rasa malumu dan hijab (penutup aurat) yang diperintahkan Allah, karena hanya itulah cara untuk menjaga dan memelihara dirimu.

Ya... Untuk pergaulanmu dengan wanita-wanita yang baik dan takut kepada Allah, mencintai agama dan menghormati nilai-nilainya.

Ya... Untuk baktimu terhadap orangtua, silaturahim pada saudaramu, menghormati tetangga, dan menyantuni anak-anak yatim.

Ya... Untuk membaca sesuatu yang bermanfaat dengan menelaah buku yang menarik dan berfaedah, buku yang menyenangkan dan memberi tuntunan. (Tips Menjadi Wanita Paling Bahagia di Dunia - DR. Aidh al-Qarni)(nunuk)





Menjadi Muslimah DIAM

KotaSantri.com : Diam adalah emas...
Sahabat, sering kita dengar ungkapan tersebut. Namun diam seperti apakah yang akan menjadi emas? Tentu bukan diam karena tidak tahu, diam karena lemah, diam karena pasrah, atau diam karena menyerah kalah. Menjadi muslimah diam? Diam apakah yang akan menjadikan seorang muslimah menjadi pribadi unggulan yang dijadikan sebagai figur dambaan umat?

1. Dewasa.
Seorang muslimah dituntut untuk dewasa. Bukan hanya dewasa dari segi fisik atau usia, tetapi dituntut untuk bisa dewasa atau matang dalam sikap dan perbuatan. Seorang ibu dituntut untuk bersikap dewasa dihadapan anak-anak dan keluarganya. Jika seorang muslimah tidak bisa bersikap dewasa, maka ia akan tidak sabar dengan pertanyaan-pertanyaan anak-anaknya, juga dia tidak akan sabar dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
Memang, setiap individu memiliki sisi kekanakan dalam dirinya. Tak masalah, jika usia seseorang masih terbilang muda, atau remaja, tapi pikirannya dewasa, sebaliknya, tak lucu jika seseorang yang sudah dewasa dari segi umur, namun sifatnya masih sangat kekanak-kanakkan. Seorang muslimah pun dituntut selalu berpikiran jernih di setiap kondisi. Semua itu bisa diraih bila muslimah bersikap dewasa.

2. Inovatif
Seorang muslimah dituntut untuk inovatif, selalu mempunyai gagasan dan ide-ide baru hingga segala sesuatu tidak terkesan monoton dan membosankan. Contoh, jika seorang ibu rumah tangga terus-terusan memasak masakan yang sama, tanpa ada inovasi-inovasi, tentu akan membuat anggota keluarganya bosan. Atau tatanan kamar yang sama selama bertahun-tahun, tentu akan membuat kita bosan.
Coba, jika kepala kita sedang penuh masalah, lalu kita rubah interior kamar kita, buang atau simpan barang-barang yang sudah tidak kita perlukan. Insya Allah, suasana baru akan membantu menyegarkan pikiran kita. Atau juga, jika kita memiliki beberapa pakaian lama yang masih bagus, kita bisa memperbaharuinya dengan menambah atau mevariasikannya dengan baju-baju lain atau dengan beberapa aksesoris, sehingga terkesan baru. Akan banyak hal-hal baru yang terciptakan yang akan membuat perubahan dalam hidup kita jika selalu berfikiran inovatif.

3. Alami
Bersikaplah wajar, alami, tidak dibuat buat. Berperilaku wajar dan alami tidak dibuat-buat. Berdandan wajar, alami tidak terlalu menor. Karena kadang segala sesuatu yang berlebihan malah membuat sesuatu jadi tidak enak dipandang. Segala sesuatu yang alami tak akan pernah lekang ditelan jaman. Biarkan segala sesuatu berjalan apa adanya, sesuai kehendak Allah.

4. Menyejukkan
Seorang muslimah haruslah jadi penyejuk bagi suami juga keluarganya. Seperti yang dilakukan Bunda Khadijah saat Rasulullah SAW ketika beliau mendapat wahyu pertama. Siti Khadijah menenangkan beliau. Siti Khadijah juga yang setia mendampingi Rasulullah SAW dalam setiap langkahnya. Seorang istri haruslah bisa jadi penyejuk dalam setiap langkah suaminya, penerang dalam gelapnya.
Seorang muslimah harus bisa jadi penyejuk di tengah lingkungannya, jangan sampai jadi pemanas suasana. Banyak wanita yang menghabiskan waktunya untuk bergosip, membuat suasana menjadi panas. Seorang istri harus dengan sabar mendampingi suaminya, karena banyak rumah tangga yang suasananya menjadi panas, hanya karena si istri menuntut terlalu banyak dari suaminya. Sudah banyak diriwayatkan, bahwa sebagian besar pengisi neraka adalah wanita. Na'udzubillahi min dzalik.
Seorang ibu juga harus selalu jadi penyejuk bagi anak-anaknya, menjadi pendengar yang setia dari setiap keluhan yang diceritakan anak-anaknya, dengan memberi thausiyah-thausiyah yang menyejukkan kalbu. Subhanallah, alangkah indahnya jika seorang muslimah bisa menjadi penyejuk pandangan setiap insan, terutama keluarganya. Dimana ia menjadi tempat yang dicari setiap orang untuk berteduh dari lelahnya, yang akan selalu siap menyambut mereka dengan senyuman yang tulus dan kata-katanya bagaikan embun di tengah gersang.

Ukhti muslimah, Saat ini kita terlalu lelah dengan berbagai kondisi yang sering tidak menentu. Maka jadilah antunna sebagai figur dambaan umat, yang dengan DIAM, antunna menjadi muslimah yang selalu dirindukan setiap orang. Wallahu'alam bishshowab. (ayyesha_yahya)


Yang Hilang Dari Wanita *

KotaSantri.com : Apa jadinya seorang wanita lebih memilih karir diatas keluarganya. Tentu saja akan ada seorang suami yang "kehilangan" isteri dan anak-anak yang kehilangan seorang ibu. Sebuah keluarga akan goyah, karena ditinggal salah satu tiang layarnya. Lalu bagaimana jika tidak hanya seorang, melainkan ratusan, ribuan bahkan jutaan wanita? Ya, sebanyak itulah juga keluarga yang akan hancur.

Arus feminisme memang sedang bertiup kencang di Indonesia. Ketika seorang wanita digagalkan untuk duduk sebagai presiden, maka kaum feminis berteriak tentang kesejajaran gender. Dan ketika wanita sudah jadi pemimpin, teriakan mereka pun akan semakin keras. Kesamaan hak perempuan dan laki-laki, perempuan adalah sama dengan laki laki semakin lantang diucapkan. Bahkan telah berani menentang sunnah Rasulullah SAW yang telah jelas-jelas beliau lakukan yakni poligami.

Hal tersebut bisa kita lihat dalam muktamar NU ke-31 di Boyolali Solo beberapa waktu yang lalu, karena kaum wanita NU dari kubu Abdurrahman Wahid yang dipelopori oleh istrinya yakni Ibu Sinta Nuriah, melakukan aksi boikot terhadap masakan yang telah dipesan oleh panitia bagian konsumsi muktamar tersebut terhadap masakan ayam "WONG SOLO" karena pemiliknya adalah orang yang melakukan poligami, dan poligami sangat melecehkan kaum wanita, katanya.

Mereka lupa, bahwa Allah telah menciptakan hambanya bersama dengan fitrahnya. Masing-masing dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ketika fitrah itu dilanggar, maka akan terjadi ketidakseimbangan.

Seorang ayah yang berkerja di luar rumah adalah kewajibannya untuk mencari nafkah menghidupi keluarganya. Sedangkan seorang ibu yang berkerja di rumah adalah kewajibannya mengatur keluarga dan mendidik anak. Mengatur rumah, memasak dan mendidik anak di rumah bukanlah suatu yang hina bagi wanita. Namun justru ibadah yang mulia di sisi Allah.

Penganut feminisme ingin menghilangkan perbedaan fitrah laki-laki dan perempuan, semata-mata hanya merasa bahwa menjadi seperti laki-laki adalah sesuatu yang hebat. Maka mereka menganjurkan wanita untuk meninggalkan dapur dan berkerja di luar rumah bersaing merebut karir dengan laki-laki. Itulah kemenangan yang mereka inginkan.

Padahal kemenangan bagi wanita adalah jika ia berhasil membina keluarganya menjadi keluarga sakinah. Keluarga ideal yang berjalan di atas jalan Rabb-nya. Inilah cita-cita yang hilang dari lubuk kaum hawa sekarang ini.

Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa baik buruknya suatu bangsa dapat dilihat dari kaum wanitanya. Jika kaum wanitanya baik maka bangsa itu akan baik, sebaliknya jika wanitanya buruk, maka bangsa itupun akan buruk pula. (Ibnu Qittun)

* Sebuah Studi Kritis Untuk Para Calon Wanita "Pekerja" (Wanita Karir).




Bagaimana Seorang Muslimah Memanfaatkan Waktunya?

KotaSantri.com : Waktu hidup sangatlah terbatas dan berharga. Namun pada kenyataan, kita sering melewatkan waktu yang sempit tadi, berlalu begitu saja tanpa makna. Ada yang mengibaratkan waktu sebagai sebilah pedang. kalau kita tidak gunakan untuk menebas maka kita lah yang akan ditebasnya. Hari-hari berlalu begitu cepatnya, detik, menit, jam hari, minggu, bulan dan seterusnya berlalu dengan cepatnya. Ia selalu bergerak dan tak mempedulikan orang yang ada di atasnya. Bila manusia tak peduli juga dan tidak turut bergerak niscaya ia akan tertinggal.

Apabila manusia turut bergerak menyertai waktu, maka mesti ia perhatikan apa aktivitas yang ia lakukan dalam mengikuti pergerakan waktu. Apakah aktivitas kebaikan ataukah sebaliknya. Kalau aktivitas jelek yang ia lakukan niscaya ia akan merugi dan bila kebaikan niscaya keuntunganlah yang akan ia raih. Kita pun mesti ingat bahwa setiap aktivitas tadi baik berupa perbuatan maupun perkataan ada yang mengawasi dan mencatat. Firman Allah, "Apa-apa yang kamu ucapkan dari perkataan maka disisinya ada malaikat yang dekat dan selalu menyertai." (QS. Qaf : 18).

Kenyataan seperti ini tentu akan menggugah diri seorang insan beriman untuk melihat dan mengetahui amala kebaikan yang semestinya ia lakukan dalam bergerak bersama waktu

BAGAIMANA SEORANG MUSLIMAH MEMANFAATKAN WAKTUNYA
1. Tilawah Al Qur'an. Kita semestinya menyempatkan dan mengagendakan waktu kita untuk membaca firman-firman Allah. Membaca Al-Qur'an adalah bentuk aktivitas yang bagus untuk memanfaatkan waktu kita. Bahkan padanya ada pahala yang besar. Pada setiap huruf dari ayat yang kita baca bermuatan pahala, ada 1 kebaikan. Padahal pada 1 kebaikan diganjar 10-700 kali lipat. Salafus-shalih (para pendahulu yang shalih) senantiasa menjaga kontinuitas dalam membaca Al-Qur'an dan mereka terbiasa mengkhatamkan Al Qur'an beberapa kali dalam sebulan. Adapun kita, apabila mempunyai kesibukan yang banyak maka paling tidak, kita mengkhatamkan Al-Qur'an minimal satu kali dalam sebulan. Untuk kontinuitasnya maka sebaiknya kita mulai membaca Al-Qur'an pada awal bulan, nomor juz yang kita baca disesuaikan dengan tanggal yang ada. Hari ke 1 bulan tersebut kita baca juz 1, hari kedua juz dua hari ketiga juz tiga dan seterusnya sampai genap tiga puluh hari kita selesaikan tiga puluh juz Al-Qur'an.
2. Membaca buku-buku yang bermanfaat. Aktivitas ini kita lakukan dengan tujuan menambah ilmu dan staqofah kita. Mulailah kita baca buku-buku Islam yang membuat kita mampu berislam dengaan baik dan beribadah kepada Allah dengan ilmu yang benar. Dengan aktivitas membaca ini, kita akan tahu tentang bagaimana sebenarnya kedudukan wanita di zaman jahiliah sebelum islam. Kita pun akan mengetahui bagaimana sebenarnya kerancuan-kerancuan yang dibuat oleh musuh-musuh Islam untuk menghancurkan keislaman seorang muslimah.
3. Berdzikir Kepada Allah. Jadikan umur kita yang terbatas ini untuk terus ingat kepada Allah. Dzikir ini sebenarnya mudah untuk dilakukan dan semua muslimah bisa menjalankan dimanapun berada. Dzikir bisa kita hiaskan di bibir kita, ketika kita beraktivitas di rumah misalnya. Kenapa ia tak selayaknya kita tinggalkan? Karena ternyata keutamaan dzikir sangatlah banyak, "Dan laki-laki serta perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah". Rasul pun pernah bersabda, "Perumpamaan orang yang berdzikir dan tidak berdzikir seperti orang yang hidup dan orang yang mati." (HR. Bukhari dan muslim).
Seorang badui pernah berkata kepada Rasulullah, "Sungguh syariat itu sangat banyak bagi saya, maka nasehatilah aku." Nabi bersabda, "Jadikanlah lisanmu selalu dalam keadaan dzikir kepadaa Allah." (HR. Ahmad).
Membaca Al-Qur'an adalah dzkir, demikian pula tasbih, tahmid, tahlil, dan doa. Dan sebenarnya, dzikir itu sendiri merupakan wujud kesyukuran kita kepada Allah Ta'ala,
4. Mendidik anak. Pendidikan anak merupakan tanggung jawab seorang ibu. Tarbiyah yang terpenting bagi seorang anak adalah adalah tarbiyah shalihah dan menumbuhkan sang anak di atas manhaj rabbani yang lurus. Tarbiyah seorang ibu dari sisi ini memegang peran yang sangat besar daripada seorang ayah, yang memang lebih banyak bertugas di luar rumah. Ibu shalihah yang menumbuhkembahkan anak dengan akhlaq yang mulia dan muamalah yang baik jelas akan menjadi qudwah bagi sang anak.
5. Silaturrahiim. Aktivitas wajib bagi kita. Semestinya dengan aktivitas ini kita dapat memberikan lebih banyak manfaat kepada kerabat kita, dengan berkata dengan kata-kata yang baik, atau dengan memberikan kaset keislaman, buku-buku dan menasehati ketika dia lalai. Karena Rasulullah pernah bersabda, "Orang yang menunjuki kebaikan maka (pahalanya) seperti orang yang melakukan." (HR. Bazzar).
6. Mendengar kaset kaset yang bermanfaat. Kaset-kaset yang berisi ilmu-ilmu islam di saat ini begitu mudah untuk diperoleh dan mudah pula kita gunakan, khususnya bagi wanita yang punya kesibukan di rumah tangga bersama anak-anaknya. Kita dapat mendengarkan kaset tersebut ketika di dapur mempersiapkan makanan. Jangan kita biarkan sedikit pun waktu kita berlalu tanpa manfaat.
7. Membantu orang tua kita. Bagi yang belum berkeluarga, kadang beberapa pelajar atau mahasiswi di musim-musim ujian menggunakan sebagian besar waktunya untuk belajar dan meninggalkan pekerjaan rumah agar dikerjakan oleh ibu atau pembantu. Benarkah yang demikian ini? Jawabnya adalah tidak benar, kita bisa belajar namun tugas rumah pun tak pantas kita tinggalkan,dan tentunya kita pun ingin agar ibu kita bisa banyak beribadah kepada Allah Ta'ala. [M-MyQ]


Wanita Bagi Pahlawan

KotaSantri.com : Dibalik setiap pahlawan besar selalu ada seorang wanita agung. Begitu kata pepatah Arab. Wanita agung itu biasanya satu dari dua, atau dua-duanya sekaligus; sang ibu atau sang istri.

Pepatah itu merupakan hikmah psiko-sejarah yang menjelaskan sebagian dari latar belakang kebesaran seorang pahlawan. Bahwa karya-karya besar seorang pahlawan lahir ketika seluruh energi di dalam dirinya bersinergi dengan momentum diluar dirinya; tumpah ruah bagai banjir besar yang tidak terbendung. Dan tiba-tiba sebuah sosok telah hadir dalam ruang sejarah dengan tenang dan ajek.

Apa yang telah dijelaskan oleh hikmah psiko-sejarah itu adalah sumber energi bagi para pahlawan; wanita adalah salah satunya. Wanita bagi banyak pahlawan adalah penyangga spiritual, sandaran emosional; dari sana mereka mendapat ketenangan dan kegairahan, kenyamanan dan keberanian, keamanan dan kekuatan.

Laki-laki menumpahkan energi di luar rumah, dan mengumpulkannya lagi di dalam rumahnya.

Kekuatan besar yang dimiliki para wanita yang mendampingi para pahlawan adalah kelembutan, kesetiaan, cinta dan kasih sayang. Kekuatan itu sering dilukiskan seperti dermaga tempat kita menambatkan kapal, atau pohon rindang tempat sang musafir berteduh.

Tapi kekuatan emosi itu sesungguhnya merupakan padang jiwa yang luas dan nyaman, tempat kita menumpahkan sisi kepolosan dan kekanakkan kita, tempat kita bermain dengan lugu dan riang, saat kita melepaskan kelemahan-kelemahan kita dengan aman, saat kita merasa bukan siapa-siapa, saat kita menjadi bocah besar.

Karena di tempat dan saat seperti itulah para pahlawan kita menyedot energi jiwa mereka.

Itu sebabnya Umar bin Khattab mengatakan, "Jadilah engkau bocah di depan istrimu, tapi berubahlah menjadi lelaki perkasa ketika keadaan memanggilmu."

Kekanakkan dan keperkasaan, kepolosan dan kematangan, saat lemah dan saat berani, saat bermain dan saat berkarya, adalah ambivalensi-ambivalensi kejiwaan yang justru berguna mennciptakan keseimbangan emosional dalam diri para pahlawan.

"Saya selamanya ingin menjadi bocah besar yang polos." kata Sayyid Quthub.

Para pahlawan selalu mengenang saat-saat indah ketika ia berada dalam pangkuan ibunya, dan selamanya ingin begitu ketika terbaring dalam pangkuan istrinya.

Siapakah yang pertama kali ditemui Rasulullah SAW setelah menerima wahyu pertama dan merasakan ketakutan luar biasa? Khadijah!

Maka ketika Rasulullah ditawari untuk menikah setelah Khadijah wafat, beliau mengatakan; "Dan siapakah wanita yang sanggup menggantikan peran Khadijah?"

Itulah keajaiban dari kesederhanaan. Kesederhanaan yang sebenarnya adalah keagungan; kelembutan, kesetiaan, cinta dan kasih sayang.

Itulah keajaiban wanita.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda